Ketika si Sedih menjadi jalan keluar dalam film Inside Out

Day 169 of 2022

Buat yang belum nonton, untuk mengawalinya, Karakter film itu adalah EMOTIONS : Joy (riang), Sadness (sedih), Disgust (jijik), Fear (takut), Angry (marah).
Mereka bekerja di otak Riley. Jadi jika salah satu karakter itu pegang monitor kantor pusat, salah satu emosi itu akan menjadi dominan pada diri Riley saat itu.

Menariknya, di film itu, Ada yang namanya pulau kepribadian yang membentuk PERSONALITY seseorang. Akan ‘menyala’ ketika ada trigger.
Ada juga bola-bola menyala namanya bola ingatan – dengan warna sesuai warna dominan para EMOTIONS. Joy berwarna kuning dan seterusnya.


Joy selalu melarang Sadness menyentuh bola-bola ingatan karena apapun yang disentuh Sadness akan berubah menjadi sebagian atau biru sepenuhnya lalu Riley akan menjadi sedih karena mengingat kejadian tertentu. Di awal menonton, saya langsung relate bahwa kenangan manis yang dulu menyenangkanpun, ketika kita sadar itu nggak akan terulang, memang membuat kita sedih, BUKAN SENANG/RIANG.
Dalam konteks cerita ini, Riley harus pindah ke kota lain dan perlahan-lahan hal-hal yang dulu dia senangi, tidak ia dapatkan di kota barunya.

Saat Bing Bong (teman khayalan Riley waktu kecil) sedih, dia sempat tidak bisa berpikir jernih dan hanya mau duduk. Lalu sadness mendatangi BingBong, duduk disebelahnya mendengarkan BingBong bercerita sambil menangis. Setelah itu Bing Bong merasa LEGA dan bisa memulai perjalanan mereka. Joy heran dan sempat bertanya apa yang dilakukan Sadness, Sadness hanya menjawab bahwa dia hanya MENDENGARKAN dan MEMELUK Bing Bong.
Klimaksnya, ketika Riley nyaris kabur menuju kotanya yang lama, Joy membiarkan Sadness mengambil kendali atas tombol monitor kantor pusat. Seketika itu juga, pecahlah tangis, sedih, bingung Riley yang selama ini dia sendiri tidak mengerti. Orang tua Riley juga terkejut melihat luapan hati Riley.

Dari kacamata audiens (alias saya, hihihi), ada beberapa Poin penting yang saya dapat.


Poin pertama yakni penting untuk kita sebagai orang tua mengenali perubahan perilaku anak kita. Diawal, orang tua Riley selalu bilang ‘semua akan baik-baik saja’. Padahal sebenarnya tidak. Apalagi jelas-jelas, banyak aspek hidup keluarga ini yang berubah (pindah rumah, usaha baru ayahnya, Riley belum dapat teman, cuaca berbeda dari kota lamanya, meninggalkan Hoki-olahraga kesukaan Riley.


Poin kedua, rasa sedih itu ternyata harus diberi ruang dan waktu untuk kita mengakui bahwa, ya, kita sedang sedih. Berhenti sejenak. Mencari teman cerita – seperti Bing Bong bercerita kepada Sadness.


Poin ketiga, dalam hidup, kita merasa senang akan hal A, dilain waktu bisa dibuat sedih dengan hal yang sama bahkan HANYA dengan MENGINGATNYA. Jadi, EMOTIONS itu akan berganti tiap harinya. Sama seperti Riang gembira yang kita harus nikmati, begitu juga Sedih juga harus kita recognise dengan posisi yang setara.


Kesannya sepele yah, tapi, karena kita terlanjur hidup dimana Dunia ini melihat bahwa sedih itu sama dengan lemah, lalu sering kesampingkan itu. Bisa loh jadi bom waktu, persis seperti yang Riley alami – saat usianya mau 12 tahun, dia sudah ada di bis menuju kota asalnya, nyaris kabur karena masalah yang dia tidak bisa hadapi sendiri.

Kalau cara bahagia banyak caranya, tapi mengakui sedih dan emosi negatif lain yang kadang kita sangkal.

Berikut Quotes dari film tersebut.

18 of June 2022

Leave a comment