Cerita Guru di Sekolah

I used to be an English Teacher.

Tulisan ini berdasarkan pengalaman PRIBADI, menulis yang AMATIR, dan tidak bermaksud MENYINGGUNG pihak tertentu yah.

Saya ngajar di sekolah nasional selama 4 tahun. Kursus Bahasa Inggris (multinasional) terkenal selama 1 tahun, dan sekolah nasional plus 2 tahun.

Saya mau share lebih ke sikap atau respon murid-muridnya yah. DAN….., tentu TIDAK SEMUA seperti itu. Tidak generalisasi.  It is purely fun sharing.

Inisial SN untuk sekolah nasional dan SNP untuk sekolah nasional plus.

Di SN, mapel Bahasa Inggris disampaikan dalam baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Diminta koordinator sih, full English. Honestly, susah buat saya kejar materi dan mencapai target KKM untuk anak-anak tertentu kalau pengantarnya Bahasa Inggris. Pelajaran lainnya full Bahasa Persatuan. Kalo di SNP, bisa dihitung justru, mapel-mapel yang pengantarnya Bahasa Indonesia (saya pernah kebagian Mapel Social Studies, cyiiiiin. Pusing.).

Gimana kalo ada yang sesama murid salah jawab atau salah ucap (pronunciation)?

Di SN, murid yang Inggrisnya pas-pasan pasti ngetawain temennya atau at least cari temen ketawa deh. Kayanya emang cari kesempatan untuk memperlihatkan bahwa ada yang lebih lemah atau sama lemahnya.

Di SNP, yang inggrisnya lemah malah nggak bersuara. Hihihi.

Gimana murid merespon guru yang tidak tahu arti kata Bahasa Inggris?

SN – boooooooo. Disorakin choy. Punya ekspetasi tinggi dan merasa kalo guru Inggris tu ya harus hafal kamus. Kira-kira begitu.

SNP – Biasa aja. Guru dan murid balapan buka kamus, siapa duluan nemu artinya, dia yang paling puas. Hahahaha. Mungkin ya. Karena di SNP kamus Cambridge itu either dibawa pulang atau ditaruh di credenza masing-masing didalam kelas. Jadi, beda ekspektasi ya.

Kalo menertawai aksen/logat guru atau murid tertentu?

Ada orang-orang yang lidahnya udah dari sononya gitu yah, lengket sama dialek daerah asalnya. Medhok lah kalo orang jawa bilang. Jadi, terdengar lucu (ada kata lain nggak sih selain lucu? Kesannya bully. Hihihi. Ampun.)

SN- berapa kali tahu ya liat anak ketawain gurunya. Mesam mesem juga ada.

SNP – sama! Hahaha. Hanya cara nyeritainnya beda. Nada ngejeknya nggak kentel gitu. Dulu sih, murid saya yang cerita tentang guru lama yang udah resign, asli Singapura.   

Memberi open questions.

Berasa lebih confident murid SNP sih menurut saya. Lebih mau tunjuk tangan kalau ada pertanyaan semacam ‘apa pendapatmu tentang Ujian Nasional?’

Kalo SN tu kaya udah kebawa sama hawa salah itu diketawain..

Bahasa Inggris bukan opsi di SNP.

Di SNP nggak ada opsi nggak suka Bahasa Inggris atau nggak mau speaking.  Bahasa Inggris tu kaya everywhere gitu. Bahasa pengantar, buku perpus, pengumuman, surat untuk ortu semua dalam Bahasa Inggris. Kalau murid nggak suka, ya nggak suka Mapel Reading atau Grammar kalau memang ada.

Which one is better?

Ya tergantung tujuan si ortu nyekolahin anak-anaknya. Itu lebih penting. Nyatanya saya beneran belajar Bahasa Inggris usia 18 tahun, bisa bisa aja koq cas cis cus. Kan dikondisikan harus bisa. Secara dosennya bicara in English all the time. 1-2 semester pertama ya O’ON MODE ON gitu ya. Hahahaha.

Leave a comment